Senin, 28 November 2011

Ritual 1 Suro Ing Gunung Kawi

Minggu, 27 November 2011 




by ketabang
by ketabang
by ketabang

Minggu (27/11) pas  tanggal 1 Suro ( Jawa ) utawa 1 Muharam. Tahun kang  etenger uga ganti tahuning  Jawa. Gunung Kawi salah sijining tlatah kang isih ngunggulne budaya Jawa, saben tahun mesti nganakake ritual bakar sesaji kang arupa ogo-ogo kang diawali  kirab.

Peserta kirab kang ora liya warga Gunung Kawi kang kabagi dening pirang-pirang RW. Kabeh RW padha ngasta sesaji kang di hias arupa kewan rupa warna. Ana kang rupa sawer, iwak, omah-omahan  lan macem liyane. Dening ogo-ogo kang diobong kuwi dadi simbol hambrantas batarakala /ngilangibarang kang ala.  Kabeh mau tujuane mung siji , yaiku raos muji syukur dumateng ingkang Murbaeng Dumadi. Dening apa masyarakat Gunung Kawi  tansah pinaringan kanugrahan karaharjan lan cepak sandang pangan.

Saliyane iku, Gunung Kawi kang kondhang dadi daerah wisata, acara ritual iki bisa dadi daya tarik wisatawa. Nanging ora mung wisatawan wae. Warga Kepanjen- Malang lan sakiwa tengene uga padha ngertakna acara iki. Dadine ing dina iki mau, Gunung Kawi  kaya-kaya kebanjiran wong. Dalan-dalan kebek lan sesek mulai ngisor nganti ing cedhak pesarean.

Muga-muga tradisi iki isa dilestarekake dening generasi mudane ing tahun-tahun ngarep. Sing penting ora nglalekake syariat agama kang dianut. Ananging bisa dadi pertanda yen warga Gunung Kawi isih eling marang pepundene kangbabat alastlatah Gunung Kawi.

Ribuan warga dari berbagai daerah berburu berkah di Pesarean Kyai Zakaria dan Raden Mas Sudjono. Ngalab berkah ini dilakukan dengan mengarak tumpeng dan sesaji sejauh 2 Km.

Sesaji dan tumpeng itu dibuat warga Desa Wonosari ini kemudian diletakkan di pesaeran. Sudah tahun ke-7 warga Desa Wonosari menggelar ritual suroan.

"Ritual ini juga difungsikan menarik minat wisatawan. Sebelumnya ritual ini ritual biasa. Namun agar lebih menarik pihak desa mengemasnya dalam bentuk kirab sesajen," kata Kepala Desa Wonosari Kuswanto, Minggu (27/11/2011).

Selain membawa tumpeng dan sesaji sejauh 2 KM, juga ada pembakaran sangkolo. Pembakaran sangkolo ini sebagai lambang membuang segala sesuatu yang buruk. Agar di tahun baru nantinya warga mendapatkan berkah dan kebajikan. Demi ketentraman seluruh warga di lereng Gunung Kawi.

Setelah berjalan sejauh 2 Km, puluhan tumpeng dan sesaji dikumpulkan di pesarean. Setelah itu ribuan warga berebut tumpeng dan sesaji.

Ritual Bakar Sesaji (Suroan) di Gunung Kawi


BY KETABANG

BY KETABANG

BY KETABANG

BY KETABANG




Minggu (27/11). Sebagai salah satu daerah wisata alam yang sudah terkenal di Nusantara, Gunung Kawi juga mempunyai agenda tahunan yang bisa dijadikan momentum daya tarik wisatawan manca dan dalam negeri terutama Kabupaten Malang.  Di setiap tanggal 1 Suro, sesepuh Gunung Kawi selalu melaksanakan ritual bakar sesaji yang berupa raksasa yang dikenal dengan ogo-ogo. Ogo-ogo ini adalah raksasa yang melambangkan keangkaramurkaan. Dengan jalan dibakar harapannya adalah musnahnya keangkaramurkaan di daerah Gunung Kawi ini khususnya. 

Adapun setiap Rukun Warga yang juga mengikuti kegiatan ini, semua membuat sesaji berupa tumpeng yang diletakkan beberapa papan khusus yang dikirap dan dipanggul oleh beberapa orang. Beratnya bisa bermacam-macam mulai dari beratnya kwintalan hingga ukuran ton. Ini bisa dilihat dari banyaknya pemanggul sesaji tersebut. Yang terlihat paling berat pada arak-arakan tadi siang adalah papan sesaji yang berupa ular naga. Tak kurang dari 20 orang memanggul papan ini. 

Sebelum arak-araka diberangkatkan, di tempat start juga ditampilkan gerakan tari dari para peserta yang kebanyakan ibu-ibu / peserta putri. Mereka menari dengan iringan musik drumband meskipun lagunya berupa puji-pujian dari agama Islam.

Kirab ini dimulai setelah adzan Dhuhur, dengan route dari tempat start menuju parkiran atas dan bebelok ke bawah berputar ke arah pintu gerbang dekat pasar. Di daerah jalan yang lapang para peserta kembali menunjukkan kebolehannya untuk menghibur penonton yang meluber di sepanjang jalan yang dilalui kirab.

Dan yang paling akhir adalah dikirabnya ogo-ogo menuju pesarean. Di sana nanti ogo-ogo akan dibakar habis dengan disaksikan oleh pengunjung. Adapun tumpeng yang dibawa akan dipurak bersama-sama.Jika kali ini pembaca belum sempat hadir dan melihat kegiatan ini, ada baiknya tahun depan bisa hadir menyaksikan. Yang penting harus betah berdesak-desakan. Apa lagi saat berada di jalan naik tempat kirab menuju pesarean.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar